Dua Keluarga di Mojokerto Diduga Ikut Aliran Gafatar

Dua Keluarga di Mojokerto Diduga Ikut Aliran Gafatar Polisi mengawal dr Rica (tengah) setibanya di Polda DI Yogjakarta, Senin (11/1). Inset: lambang Gafatar.

MOJOKERKTO, BANGSAONLINE.com - Ternyata masyarakat semakin gampang terbius oleh gerakan aliran baru. Dua keluarga asal Desa/Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur diduga mengikuti aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mereka bahkan rela pindah ke Kalimantan dan meninggalkan rumah yang selama ini dianggap sudah mapan. 

Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa Puri Purnomo mengkonfirmasi terdapat 2 keluarga di desanya yang pindah ke Kalimantan. Yakni keluarga Mujiutomo (53) dan Supardi (48).

Menurut dia, Mujiutomo merupakan guru di SMPN 1 Jetis Mojokerto yang berstatus PNS. Tanpa diduga, guru Bahasa Inggris yang juga menjabat Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Puri itu memilih pindah ke Kalimantan sejak November 2014. Dia rela melepaskan pekerjaannya yang sudah tergolong mapan. Rumahnya yang tergolong bagus pun dibiarkan kosong tak terawat.

Pria kelahiran Desa Puri itu juga mengajak anak, istri, menantu, serta cucunya ke Kalimantan. Istri Mujiutomo bernama Bahrul Izzah (53), anak pertama, Hikmatin Rizkiyah (27), menantu Fathul Khoir Ham (37), cucu Azelio Dasha Baswara El Fath usia 3 bulan, serta anak ke 3 Nuzila R Fajriyah (21). Sementara anak ke dua Walan Yudli'ani (25) diketahui tinggal dan bekerja di Pare, Kediri.

"Berdasarkan surat pindah, alamat yang dituju oleh keluarga Pak Muji adalah Desa Sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, Pontianak, Kalimantan Barat. Saat mau pindah Pak Muji sempat bilang ke Pak Kepala Desa (Puri) tujuan pindahnya untuk mengikuti organisasi Gafatar," kata Purnomo kepada wartawan, Senin (11/1/2016).

Keterlibatan keluarga Mujiutomo dalam kelompok aliran Gafatar bukan hal baru bagi Purnomo. Hanya saja sehari-hari perilaku Mujiutomo dan keluarganya terlihat normal seperti masyarakat umumnya.

"Pak Mujiutomo ini membaur dengan masyarakat dan tidak membuat jarak. Orangnya pendiam. Kegiatan keagamaan aktif," ujarnya.

Selain keluarga Mujiutomo, lanjut Purnomo, keluarga Supardi juga dikabarkan pindah ke Kalimantan. Supardi mengajak serta istrinya Siti Uminah (47), 2 anak dan adik iparnya Sunardi. Hanya saja keluarga ini tak mengurus surat pindah ke Desa Puri.

"Yang Supardi penduduk sini namun tinggal di Surabaya. Saudaranya yang tinggal di sini cerita kalau Supardi bersama anak, istri, dan adik iparnya pergi ke Kalimantan. Setahu saya kedua keluarga ini ikut organisasi yang sama, yakni Gafatar," ungkap Purnomo.

Gerakan Gafatar kini menjadi perhatian publik bermula dari peristiwa hilangnya dr cantik Rica Tri Handayani dan anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono. Mereka hilang secara misterius sejak 30 Desember 2015. Ia meninggalkan suaminya dengan menulis secarik kertas. Isinya: mau berjuang di jalan Allah.Namun dr Rica kemarin ditemukan di Bandara Iskandar Pangkalan Bun saat akan bertolak menuju Semarang, Senin (11/1) sekitar pukul 05.30. dr Rica diduga menghilang karena ikut gerakan Gafatar.

Sementara Kapolda DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto mengatakan bahwa ormas Gafatar telah dilarang.

"Sudah dilarang MUI, sudah jelas. Tapi doktrinnya apa belum jelas," ujar Erwin dalam jumpa pers di Polda DIY, Ring Road Utara, Sleman, Senin (11/1/2016).

Erwin belum bisa menjelaskan doktrin apa yang disampaikan para perekrut. Sebab para perekrut yakni Eko dan Veni masih bungkam. Jika ditanya, keduanya malah menyampaikan hal-hal di luar kasus ini.

"Kita koordinasi dengan Kesbanglinmas. Organisasi sudah dibubarkan MUI," urainya.

Sumber: detik.com

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO